Bagi
yang pernah mengunjungi Kota New York, semua pasti setuju bahwa New
York adalah kota megapolitan yang menakjubkan baik sebagai tempat
tinggal maupun tujuan wisata.
Namun menghabiskan waktu yang lama
berada diantara gedung-gedung beton pencakar langit, lalu lintas yang
sibuk dan keramaian jalan dapat membuat orang mendambakan suatu
pemandangan lain.
Meskipun hari-hari
musim gugur akan segera berakhir dan dinginnya udara semakin menjanjikan
datangnya musim dingin, suasana dedaunan yang berguguran menyuguhkan
suatu pemandangan lain yang telah lama diidamkan.
Warna
dedaunan yang cerah menyala dan menggetarkan ini, didominasi oleh
perpaduan segar warna jingga, merah dan kuning. Pemandangan menarik ini
dapat dinikmati di sebelah utara Kota New York.
Selama
musim ini, agen-agen perjalanan wisata gencar menawarkan paket-paket
wisata pemandangan musim gugur. Kali ini saya beruntung berkesempatan
mengikuti sebuah paket perjalanan wisata menikmati keindahan musim gugur
di New York. Tur dimulai dari pusat kota, jalan 7th Ave, dan dalam
waktu tak seberapa lama kami sudah berada dalam perjalanan keluar kota.
Matthew
Cumming, pemandu wisata kami, sengaja memutar perjalanan wisata ini
melalui Manhattan, pusat kota tersibuk di dunia, untuk memberikan
pemandangan lain bagi turis yang belum begitu mengenal Kota New York.
Mulai
dari Universitas Columbus hingga ke restoran yang paling mahal di kota
ini, yakni restauran sushi Jepang. Harga makan malam di sana mulai dari
400 dollar AS (sekitar Rp 4 juta) hingga 600 dollar AS (Rp 6 juta).
"Harga ini belum termasuk ongkos masaknya lho!" kelakar Matthew.
Setelah
melewati jembatan George Washington, yang dijuluki sebagai salah satu
jembatan terindah di dunia, pemandangan musim gugur yang dinantikan
segera nampak. Begitu kami memasuki Palisades Parkway, hutan yang
sebagian besar ditumbuhi pohon-pohon maple, ek dan birch ini mempesona
kami dengan keindahan daunnya yang beraneka warna. Sungguh mengejutkan
melihat pemandangan indah ini berada dipinggiran Kota New York yang
penuh sesak.
Pemberhentian pertama
dalam tur ini adalah State Line Lookout, salah satu tempat tertinggi di
Palisades, sebuah batuan beku yang menjadi karakteristik di daerah
tersebut. Tampak serpihan kabut menyelinap diantara terjalnya karang dan
berusaha menyelimuti keindahan dedaunan di musim gugur, serta menggapai
Sungai Hudson yang berada dibawahnya. Seluruh pemandangan ini terlihat
jelas dari Lookout.
Di
Lookout terdapat rumah cafe mungil yang telah ada sejak 1937. Tempat
ini memberikan pilihan bagi pengunjung untuk menikmati keindahan
pemandangan seraya ditemani oleh kehangatan segelas kopi ataupun coklat
susu.
Kemudian perjalanan tur
berlanjut, melewati pemandangan puncak-puncak bukit yang bermunculan
disela-sela serpihan kabut. Setelah melewati Taman Nasional Bear
Mountain, kami tiba di Benteng Montgomery, yang dibangun pada abad
ke-18.
Benteng ini berfungsi untuk
mencegah masuknya kapal-kapal Inggris ke Sungai Hudson. Tempat ini
menyuguhkan pemandangan yang spektakuler antara Sungai Hudson dan
Jembatan Bear Mountain, jembatan highway pertama yang melintasi Sungai
Hudson, diantara kota New York dan Albany.
Memasuki
taman nasional ini lebih jauh lagi, kami tiba di tujuan akhir
perjalanan wisata ini, yakni West Point, sebuah desa kecil yang menjadi
tempat akademi militer tertua di Amerika. Pengunjung dapat melihat-lihat
museum ini atau hanya sekadar jalan-jalan mengitari desa, tempat
berbagai restauran kecil.
Atmosfir
desa kecil yang indah ini dapat membuat seseorang merenung, menyadari
perbedaan langkah-langkah kehidupan di pusat kota dengan area pinggiran
kota. (Jasper Fakkert/The Epoch Times/fdz)
0 komentar:
Posting Komentar