Radang Usus Buntu, Pengobatan dan Pencegahannya

Selasa, 22 Mei 2012




Bagi kebanyakan orang, terkena penyakit usus buntu (apendisitis) selalu dikaitkan dengan terlalu banyak makan biji-bijian , misalnya cabai atau jambu biji. Padahal, ungkap Dr.Lakshmi Nawasasi, SpB, ahli bedah di Rumah Sakit (RS) Mitra Keluarga Bekasi Timur dan RS Mitra Keluarga Depok, tidaklah demikian.
Mungkin pernah di benak kita muncul pertanyaan, mengapa Tuhan menciptakan usus buntu (appendix) pada manusia? Padahal fungsi dan peranannya dalam sistem pencernaan tidak jelas, bahkan salah-salah malah menjadi masalah. Pertanyaan itu sekarang tidak relevan lagi, karena belakangan diketahui bahwa appendix yang berisi kelenjar limfoid berfungsi sebagai organ immunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu sistem kekebalan tubuh).

Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis, yang ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sesuai dengan namanya apendix ini merupakan saluran usus yang ujungnya buntu, berukuran sebesar kelingking. Usus buntu ini terhubung pada usus besar yang letaknya berada di perut bagian kanan bawah. Karena merupakan suatu organ seperti organ tubuh lainnya, appendix ini dapat juga mengalami kerusakan atau terserang penyakit. Sebagai orang awam kita sering menyebutnya sebagai radang usus buntu (appendicitis).

Penyakit ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun secara pasti, belum ada yang mengetahui faktor pencetus radang usus buntu ini. Beberapa dugaan menyebutkan faktor-faktor yang dapat memicu radang usus buntu antara lain: faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) appendiks oleh timbunan tinja/feces yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur.

Dari beberapa faktor di atas, diduga sebagai penyebab radang usus buntu adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan pembesaran jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak. Sebagai catatan di dalam tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu.

Makanan tertentu yang mengandung biji bila misalnya jambu biji, cabe dan sebagainya bila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan sangat memungkinkan sebagian bijinya tidak dapat dicerna secara sempurna sehingga bila masuk ke dalam saluran appendix akan menjadi benda asing yang menyebabkan penyumbatan. Bagi orang yang mengalami konstipasi (pengerasan tinja/feces) dalam waktu lama juga memungkinkan ada bagian yang masuk kesaluran appendiks yang pada akhirnya menjadi media kuman/bakteri bersarang dan berkembang biak, menimbulkan infeksi serta menyebabkan peradangan usus buntu.

Peradangan atau pembengkakan yang terjadi pada usus buntu menyebabkan aliran cairan limfe dan darah tidak sempurna akibat adanya tekanan, akhirnya usus buntu mengalami kerusakan serta pembusukan (gangren) sehingga menghasilkan cairan berupa nanah. Bila tidak segera mendapatkan penanganan, akan menyebabkan usus buntu pecah/robek, sehingga nanah yang berisi bakteri menyebar ke rongga perut. Dampaknya adalah infeksi yang semakin meluas, yaitu infeksi dinding rongga perut (Peritonitis).


Gejala Radang Usus Buntu :


  1. Radang Usus Buntu Akut (mendadak).

    Tubuh panas tinggi, mual disertai muntah, dan dalam waktu 2-12 jam rasa nyeri akan beralih pada daerah perut kanan bawah yang bersifat menetap. Rasa nyerinya sangat terasa bila batuk atau berjalan sehingga kadang sampai terbungkuk. Pada sebagian orang yang lain hanya menunjukkan gejala meriang, atau mual-muntah saja. Selain itu bila kaki kanan ditekuk hingga lutut menyentuh dinding perut, maka rasa nyeri di daerah sebelah kanan.

  1. Radang Usus Buntu Kronis
    Gejalanya mirip dengan sakit maag, yakni terasa nyeri samar (tumpul) di sekitar pusar, kadang disertai demam yang hilang timbul. Beberapa kasus seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah.

Bila Sudah Terkena Radang Usus Buntu

Untuk mencegah usus buntu pecah, dan menghindari infeksi yang semakin meluas, maka tindakan yang paling tepat dilakukan adalah dengan pembedahan. Penundaan pembedahan dapat berakibat fatal, karena usus buntu yang telah terinfeksi bisa pecah dalam waktu kurang dari 24 jam. Setelah dilakukan operasi pembedahan, sebaiknya perbanyak mengkonsumsi makanan yang menunjang untuk percepatan penyembuhan bekas operasi.

Mencegah Terjadinya Radang Usus Buntu

Salah satu kiat agar terhindar dari penyakit radang usus buntu adalah mengkonsumsi makanan yang kaya serat atau ditambah food suplement seperti HILBA PLUS yang sangat kaya serat. Mengkonsumsi makanan yang kaya serat akan membantu melunakkan makanan sehingga tidak menginap terlalu lama di dalam usus besar. Hal itu bisa mencegah sebagian sampah makanan nyasar ke dalam usus buntu. Sehingga kemungkinan terjadinya radang usus buntu bisa diperkecil.

Makanan kaya serat juga merupakan nutrisi yang cocok untuk kehidupan bakteri 'baik' di dalam usus besar, tetapi tidak disukai bakteri patogen (yang menimbulkan penyakit). Karena itu, banyak mengkonsumsi makanan berserat juga membantu menunjang perkembangan bakteri baik. Sehingga pencernaan dan tubuh kita akan lebih sehat, karena lebih banyak terdapat bakteri 'baik' daripada bakteri patogen di dalam usus.

 

kata lakshmi, ada 6 hal yang penting  yang wajib diketahui seputar apendistis, yakni :
  1. Waspada jika sering megalami keluhan nyeri  di ulu hati/lambug atau mengalami gejala yang mirip dengan sakit maag, mengalami diare terus menerus  yang  juga  tidak kunjung reda meskipun telah di beri obat, mengalami rasa mulas yang berkepanjagan disertai dengan sulit BAB  atau BAB hanya berupa lendir serta cairan dan tidak membaik meskipun diberikan obat. segeralah konsultasi pada dokter bedah bila mengalami hal tersebut.
  2. Diagnosa apendisitis tidak terlalu disertai dengan jumlah sel darah putih / leukosit yang meningkat dalam darah.
  3. Untuk meminimalkan kompikasi setelah operasi, pembedahan dapat dilakukan  dengan laporoskopi, selain menghasilkan komplikasi  yang minimal, lama rawat juga menjadi lebih singkat.
  4. Perjalanan apendisitis sangat bervariasi. Hal ini menimbulkan banyak perbedaan antara satu pasien dengan pasien lainnya. Perbedaaanya dalam operasi, ada yang  sayatan dilakukan dikanan bawah, ada  yang  dilakukan ditengah perut atau ada yang dilakukan dengan laparoskopik. Ada yang harus disertai dengan pemasangan drain/selang diperut. Ada  yang harus disertai  dengan puasa 1-2 hari, setelah operasi selesai. Hasil akhir operasi pun berbeda tergantung  dari  tingkatan keparahan. Komplikasi setelah operasi antara lain perdarahan dan infeksi. Semangkin ringan tingkat keparahan apendisitis maka kesembuhan dan lama rawat menjadi lebih singkat.
  5. Jangan takut untuk menghadapi operasi karena pengobatan apensitis satu-satunya adalah dengan operasi, dokter bedah akan mempersiapkan kondisi pasien sampai layak untuk menjalani operasi. Selain itu dokter juga akan memilih tehnik operasi yang sesuai dengan kondisi apendisitis yang diderita. Operasi  pada tahap awal apendisitis dapat menurunkan kejadian komplikasi.
  6. Apendisitis tidak ada hubungan langsung dengan kebiasaan makan jambu biji atau buah cabai.

 

1 komentar:

  1. makasih banyak atas semua info nya gan,,,,,,,,

Posting Komentar